BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi
era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat
penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia
yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai
dengan perkembangan jaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan
seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah sampai
sekarang tetap merupakan lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat
pengembangan sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga
dan masyarakat.
Pada
kenyataannya mutu pendidikan kita saat ini masih rendah. Jika hal ini dibiarkan
dan berlanjut terus maka lulusan kita sebagai generasi penerus bangsa akan
sulit bersaing dengan lulusan dari negara lain. Lulusan yang dibutuhkan tidak
sekedar mampu mengingat dan memahami informasi saja tetapi harus dapat
menerapkan secara kontekstual melalui beragam kompetisi.
Matematika
sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri
peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika diperlukan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, peserta didik perlu memiliki
pengetahuan matematika yang cukup untuk menghadapi masa depan. Namun masih banyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap matematika sebagai
pelajaran yang sulit dan sering menimbulkan berbagai masalah yang rumit untuk dipecahkan,
sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Padahal, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat, peran
matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang
dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan menjadi sangat penting. Pola pikir matematika selalu menjadi andalan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tersebut.
Dengan
mengetahui masalah seperti tersebut di atas maka sebagai guru matematika perlu
memahami dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran dalam proses belajar
mengajar matematika. Guru hendaknya dapat menyusun program pengajaran yang
dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep
yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
Salah satu
alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa
berpikir dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran matematika adalah
metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Model pembelajaran Think-Talk-Write merupakan salah satu
model pembelajaran yang memberikan kebebasan siswa dalam mengutarakan ide-ide
mereka kepada teman-temannya karena biasanya siswa lebih terbuka sama temannya.
Model pembelajaran ini sudah pernah diteliti oleh Ansari (2005) yang berjudul
“Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Melalui
Model pembelajaran Think-Talk-Write. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis komunikasi dengan
strategi TTW dapat meningkatkan pemahaman konsep, komunikasi matematika siswa
dan hasil belajar siswa.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan
pemahaman siswa, komunikasi matematika serta hasil belajar terhadap materi pada
mata pelajaran matematika ?
2. Apakah
model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini memiliki Kelebihan-kelebihan
jika diaplikasikan dalam proses belajar mengajar?
3. Bagaimana
Sintaks (langkah-langkah) model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap
mata pelajaran Matematika?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui bahwa model pembelajaran Think Talk Write
(TTW) dapat meningkatkan pemahaman konsep, komunikasi matematika siswa dan
hasil belajar siswa.
2.
Mengetahui Kelebihan-kelebihan dari
penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW)
3.
Mengetahui Sintaks (langkah-langkah) model
pembelajaran Think Talk Write (TTW) terutama dalam proses belajar mengajar pada
mata pelajaran Matematika.
D.
Manfaat
Masalah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1.
Bagi Siswa
Pembelajaran ini dapat menbantu siswa dalam mengembangkan kemampuan
berfikir dan mengutarakan pendapat, membantu siswa dalam proses pemahaman
materi pelajaran, menambah pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
2.
Bagi Guru
Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi mengajar untuk
meningkatkan kemampuan siswa serta penguasaan matematika terhadap materi yang
diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran
Matematika
Pengertian
belajar (Nurhayati, 2010 : 19) adalah suatu proses usaha aktif yang dilakukan
oleh peserta didik secara sengaja, berlangsung secara berkesinambungan,
bertujuan untuk memperoleh perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
positif dan relatif menetap sebagai pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungan (didalam maupun diluar lembaga pendidikan), dimana individu itu
berada. Sedangkan untuk pengertian pembelajaran itu sendiri merupakan upaya
mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan pembelajaran.
Pengertian
belajar (Fontana, 1981:147) adalah, “ proses perubahan tingkah laku individu
yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam
diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang
sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. ( TIM MKPBM UPI, 2001:8).
Pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi bantuan agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. (Erman Suherman, dkk, 2003: 8).
Pembelajaran
adalah upaya untuk menciptakan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan,
potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Jadi,
pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata
pembelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswa yang
didalamnya terkandung upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang
amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa denagn siswa dalam mempelajari matematika tersebut. (Amin,
2004:2).
Menurut
Moh. Uzer Usman (2002: 4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atau suatu dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung di situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Langkah-langkah proses pembelajaran menurut Moh.
Uzer Usman (2002: 5) meliputi:
a. Merumuskan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Menentukan
materi pelajaran yang sesui dengan tujuan pembelajaran.
c. Menentukan
metode mengajar.
d. Menentukan
alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam penyampaian
materi
e. Menentukan
alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran
yang efektif menuntut kemampuan guru, yaitu sebagai berikut :
a. Merancang
bahan belajar (stimulus) yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar;
b.
Menggunakan berbagai strategi pembelajaran;
c.
Mengelola kelas agar tertib dan teratur;
d.
Menjadi nara sumber, fasilitator, dan motivator yang
handal;
e.
Terampil memberikan pertanyaan dan balikan.
f.
Mereview pelajaran bersama siswa. (Chatarina, 2004:13)
Untuk pengertian dari Matematika itu sendiri kita ketahui bahwa itu adalah
salahsatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di
Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran yang penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan
daya pikir manusia. Salah satu hal yang menjadi ciri matematika adalah objeknya
yang bersifat abstrak. Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa lepas dari
sifat-sifat matematika yang abstrak serta kondisi intelektual dari peserta
didik di sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu
pembelajaran matematika yang baik, perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik
pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
matematika adalah berjenjang (bertahap);
Yang dimaksud dengan pembelajaran
matematika berjenjang yaitu bahan kajian matematika harus diajarkan secara
berjenjang atau bertahap. Pembelajaran matematika dapat dimulai dari hal yang
konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks, atau dari hal yang mudah menuju ke konsep yang sukar.
2. Pembelajaran
matematika mengikuti model spiral;
Yang dimaksud pembelajaran
matematika mengikuti model spiral yaitu dalam memperkenalkan konsep atau materi yang baru, perlu
memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan
yang baru tersebut harus selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari
sekaligus untuk mengingatkan siswa kembali. Pengulangan konsep dengan cara
memperluas dan memperdalam pemahaman adalah hal yang perlu dalam pembelajaran
matematika.
3. Pembelajaran
matematika menekankan pola pikir deduktif;
Matematika adalah ilmu deduktif
(tersusun secara deduktif aksiomatis). Namun demikian. Dalam penyampaiannya
guru perlu memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa yang sedang
belajar.
4. Pembelajaran
matematika menganut kebenaran konsisten;
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan
struktur deduktif aksiomatisnya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada
dasarnya merupakan kebenaran konsisten dimana tidak ada pertentangan antara
kebenaran suatu konsep dengan konsep lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar
apabila didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya. Dalam pembelajaran matematika sekolah, meskipun guru menerapkan
pola induktif, tetapi generalisasi konsep tetap harus bersifat deduktif.
Kebenaran konsisten tersebut mempunyai nilai didik yang sangat tinggi dan amat
penting untuk pembinaan sumber daya manusia dalam kehidupan sehari-hari (TIM
MKPBM UPI, 2001: 64-65)
Erman Suherman (2003: 299)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika tidak sekadar untuk mencapai
pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika saja, tetapi juga diharapkan
muncul nurturant effect ( efek iringan) dari pembelajaran matematika.
Efek iringan dari pembelajaran matematika antara lain:
a)
Lebih memahami keterkaitan antara satu topik
matematika dengan topik lainnya.
b)
Lebih menyadari akan sikap penting dan strategisnya
matematika bagi bidang lain.
c)
Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan
manusia.
d)
Lebih mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.
e)
Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan
sebuah masalah.
f)
Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.
Tujuan
pembelajaran dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 346) yaitu agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau logaritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melaksanakan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.
c) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan hasilnya.
d) Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lainnya untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
e) Memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
f)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi
fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka
perubahan sikap dan pola pikir agar siswa memiliki kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan matematis yang bertujuan mempersiapkan siswa menghadapi perubahan di
sekelilingnya yang selalu berkembang.
B. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Model pembelajaran Think Talk Write (TTW)
diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin pada dasarnya melalui berfikir,
berbicara dan menulis.
Model Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/ belajar kelompok terstruktur. Model Pembelajaran Think-Talk-Write merupakan salah satu
dari model pembelajaran kooperatif yang membangun secara tepat untuk berfikir
dan refleksikan dan untuk mengkoordinasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut
sebelum siswa diminta untuk menulis.
Perancangan
model kooperatif tipe think talk write dari Yamin dan Ansari pada tahun
2008 dengan mengombinasikan gambar dan berpikir kritis. Siswa dituntut keterlibatan
langsung berpikir kritis dalam mengorganisasikan isi karangan secara sistematis
urutan gagasannya.
Menurut
Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran dimana siswa
diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memulai belajar dengan memahami
pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi
kelompok, dan akhirnya menuliskan dengn bahasa sendiri hasil belajar yang
diperolehnya.
Sedangkan
menurut Adriani (2008), think talk write merupakan strategi yang memfasilitasi
latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar.
Pembelajaran
TTW dimulai dengan bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu tugas atau
masalah, kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui
forum diskusi, dan akhirnya melalui forum diskusi tersebut siswa dapat
menuliskan kembali hasil pemikirannya. Aktivitas berpikir, berbicara, dan
menulis adalah salah satu bentuk aktivitas belajar-mengajar matematika yang
memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Melalui aktivitas
tersebut siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara tepat, terutama
saat menyampaikan ide-ide matematika.
Menurut Silver dan Smith ( dalam
Ansari, 2003: 40), peranan dan tugas guru dalam mengefektifkan penggunaan
teknik TTW adalah:
a)
Mengajukan
pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang setiap siswa
untuk berpikir;
b)
Mendengarkan
secara hati-hati ide siswa;
c)
Menyuruh
siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan;
d)
Memutuskan
apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi;
e)
Memutuskan
kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, menggunakan
model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan;
f)
Memonitoring
dan menilai partisipasi siwa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana
mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.
Menurut Erman Suherman, dkk (2003:92) tugas utama
guru saat siswa menyelesaikan suatu masalah yakni membantu siswa untuk dapat
memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga
kemampuan siswa dalam memahami konteks masalah bisa berkembang menggunakan
keterampilan inkuiri dalam sains, menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu
muncul dalam studi sosial dan lain-lain.
Pada
pembelajaran dengan model think-talk-write
ini, guru mengarahkan siswa untuk mencari atau menyelidiki dan membuktikan
sendiri kebenaran suatu konsep matematika yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu masalah matematika. Dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk bernalar,
bekerjasama, mengkomunikasikan, dan merumuskan kesimpulan sendiri dari hasil
diskusi atau penyelidikannya. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran
matematika model think-talk-write
adalah pemahaman siswa mengenai konsep yang dipelajarai menjadi lebih baik.
Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam
pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut :
1. Think
(Berfikir)
Menurut
Kamus Inggris-Indonesia bahwa Think artinya berfikir. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, berfikir artinya menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. berfikir adalah aktivitas mental untuk
dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.
Dalam
berfikir, otak seringkali mengingat informasi dengan gambar, simbol, suara,
bentuk-bentuk dan suara.
Otak adalah
mesin pembuat makna yang mencari-cari kecocokan dengan pengalaman sebelumnya.
Ilmuwan saraf mengatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber
visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan alami terhadap simbol, ikon dan
gambar yang sederhana dan kuat. Seperti menciptakan gambar yang unik untuk
menjelaskan konsep pada mata pelajarann matematika. Sehingga konsep itu berubah
dari abstrak menjadi konkret dan mudah dimengerti (Porter, 2010:145).
Pembelajaran
kooperatif tipe TTW memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri,
karena belajar sendiri mempunyai pengaruh yang baik terhadap kemampuan dalam
memahami suatu konsep sebagaimana dikemukakan oleh Hudoyo (1979 : 109) “……..jika
siswa aktif melibatkan dirinya di dalam menemukan suatu prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep tersebut lebih
baik, mengingat lebih lama dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konterks
yang lain.
Menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari
(2008:85) Aktivitas berfikir (think)
dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita
matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini
siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian),
membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya,
maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.
Menurut
Marzuki (2006 : 27) bahwa berpikir yang dilakukan manusia meliputi lima dimensi
yaitu :
1) Metakognisi,
merupakan kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada saat melakukan
tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa
yang dilakukan.
2) Berpikir
kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar. Berpikir
kritis merupakan proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat
membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan
tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif merupakan
kemampuan yang bersifat spontan, terjadi karena adanya arahan yang bersifat
internal dan keberadaannya tidak bisa diprediksi.
3) Proses
berpikir, memiliki delapan kompenen utama yaitu pembentukan konsep,pembentukan
prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian,
penyusunan, dan berwacana secara oral.
4) Kemampuan
berpikir utama, juga memiliki delapan komponen yang memfokuskan, kemampuan
mendapatkan informasi, kemampuan mengingat, kemampuan mengorganisasikan,
kemampuan menganalisis, kemampuan menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta
kemampuan mengevaluasi.
5) Berpikir
matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan non-prosedural yang antara
lain mencakup hal-hal berikut : kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola,
kemampuan menggunakan fakta-fakta, kemampuan membuat ide-ide matematik,
kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel, serta menetapkan bahwa suatu
pemecahan masalah bersifat logis.
Pada tahap ini peserta didik akan membaca sejumlah masalah yang diberikan
pada Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS), kemudian setelah membaca peserta
didik akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai
masalah tersebut (membuat catatan individu). Selanjutnya peserta didik diminta
untuk menyelesaikan masalah yang ada secara individu. Proses berpikir ada tahap
ini akan terlihat ketika peserta didik membaca masalah kemudian menuliskan
kembali apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain
itu, proses berpikir akan terjadi ketika peserta didik berusaha untuk
menyelasaikan masalah dalam LKS secara individu. Dan dapat
diperkirakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Talk (Berbicara)
Menurut
Kamus Inggris-Indonesia bahwa Talk artinya berbicara. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bicara artinya pertimbangan, pikiran, pendapat.
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1) connect the language
they know from their own personal experiences and backgrounds with the language
of mathematics, (2) analyzes and synthesizes mathematical ideas, (3) fosters
collaboration and helps to build a learning community in the classroom”. Artinya, peserta didik
yang diberikan kesempatan untuk berdiskusi dapat: (1) megkoneksikan bahasa yang
mereka tahu dari pengalaman dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa
matematika, (2) menganalisis dan mensintesis ide-ide matematika, (3) memelihara
kolaborasi dan membantu membangun komunitas pembelajaran di kelas.
Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga
meyebutkan bahwa Talking encourages the exploration of words and the
testing of ideas. Talking promotes understanding. When students are given
numerous opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way
into students’ writing, and the writing further contributes to the construction
of meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan
menguji ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik
diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun
dalam tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan
kontribusi dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik
dapat mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka,
sehingga mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang
sebenarnya mereka butuhkan untuk dipelajari.
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86)
mengutarakan talk penting dalam matematika karena sebagai cara
utama untuk berkomunikasi dalam matematika, pembentukan ide (forming ideas)
melalui proses talking, meningkatkan dan menilai kualitas berpikir
karena talking dapat membantu mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam
belajar matematika.
Diskusi pada fase talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan
merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap talk, tugas guru adalah sebagai
fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi
arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam
hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta. Sebagai motivator, guru senantiasa
memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil
pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk
menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa memotivasi siswa yang dalam
kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif. Guru harus memberikan
semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan diskusi yang sedang
berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat memahami
sendiri.
Dengan kata
lain bahwa Talk (berbicara) adalah berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata
dan bahasa yang dapat dipahami. Talk ini dapat digunakan dalam segala macam
situasi belajar, namun ini bukan merupakan satu-saunya alat. Pada tahap ini
memungkinkan peserta didik untuk pandai dan terampil berbicara. Peserta didik
akan berlatih melakukan komunikasi matematika dengan anggota kelompoknya secara
lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah yang telah peserta
didik pikirkan sebelumnya pada tahap think.
3. Write
(Menulis)
Menurut
Kamus Inggris-Indonesia bahwa Write
artinya menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis adalah membuat
huruf, angka dan sebagainya dengan pena, pensil, kapur dan lain-lain.
Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini
meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk
perhitungan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik
penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah
dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak
ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa
pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya
(Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88).
Masingila
dan Wisniowska (1996: 95) (Mohammad. Blogspot.com) mengatakan bahwa manfaat
tulisan siswa untuk guru adalah sebagai berikut :
a.
koneksi langsung secara tertulis dari
seluruh anggota kelas,
b.
informasi tentang kesalahan-kesalahan,
miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari para siswa,
c.
variansi konsep siswa dari ide yang
sama, dan
d.
bukti yang nyata dari pencapaian atau
prestasi siswa.
Menurut
Martinis Yamin (2008: 87-88) aktivitas siswa selama fase write adalah
menulis solusi terhadap masalah yang diberikan, termasuk melakukan perhitungan.
a)
Mengorganisasikan semua pekerjaan
langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram,
grafik, ataupun tabel, agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti.
b)
Mengoreksi semua pekerjaan sehingga
yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang salah atau kurang lengkap.
c)
Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik
yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
Pada tahap ini peserta didik
akan belajar untuk melakukan komunikasi matematika secara tertulis. Berdasarkan
hasil diskusi, peserta didik dimita untuk menuliskan penyelesaian dan
kesimpulan dari masalah yang telah diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan
pada tahap ini mungkin berbeda dengan apa yang peserta didik tuliskan pada
catatan individual (tahap think). Hal ini terjadi karena setelah
peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan
masalah yang telah diberikan.
Sehingga model think-talk-write merupakan perencanaan dan tindakan yang cermat
mengenai kegiatan pembelajaran yaitu melalui kegiatan berfikir (think), berbicara/berdiskusi, bertukar
pendapat (talk) dan menulis hasil
diskusi (write) agar kompetensi yang
diharapkan tercapai
.
C.
Kelebihan
dari Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Menurut Suseli (2010:39), kelebihan
dari penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu sebagai berikut
:
a. Mendidik
siswa lebih mandiri
b. Membentuk
kerjasama tim
c. Melatih
berfikir, berbicara dan membuat catatan sendiri
d. Lebih
memberikan pengalaman pribadi
e. Melatih
siswa berani tampil
f. Bertukar informasi
antar kelompok/siswa
g. Guru hanya
sebagai pengarah dam pembimbing
h. Siswa
menjadi lebih aktif
Berdasarkan kelebihan-kelebihan
dalam penggunaan model pembelajaran think talk write (TTW) diatas, merupakan
suatu tindakan yang tepat apabila strategi ini diterapkan pada proses KBM
dengan tanpa mengurangi kualitas namun diharapkan dapat memperbaiki dan
meningkatkan tujuan pembelajaran.
D.
Sintaks (Langkah-langkah) dalam Model
Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memiliki
langkah-langkah (sintaks) dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
A. Pendahuluan
1) Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
2) Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta tugas-tugas
dan aktivitas siswa.
3) Melakukan apersepsi.
4) Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
5) Membagi siswa dalam kelompok kecil (2 - 6 siswa).
B. Kegiatan
inti
1) Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang
harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit
petunjuk.
2) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil
secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah
tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses
berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha
untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan
agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada
bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
3) Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan
yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk).
Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk
menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat
menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota
kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan
kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin
(1996:82) yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when
students working in heterogeneous group to six students, are asked to explain,
summarize, or reflect. Artinya, metode TTW akan efektif ketika peserta
didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2 sampai 6
peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau merefleksi.
4) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan
berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan
solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada
tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui
diskusi.
5) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok
lain diminta memberikan tanggapan.
6) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas
materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta
didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan
kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
C. Kegiatan
Penutup.
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
A.
Aplikasi
Pembelajaran Matematika
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
memerlukan persiapan, berikut ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
1)
Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru telah
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal diskusi kelompok.
2)
Selanjutnya, merupakan pendahuluan dimana guru membagi
siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri 2-6 orang, mengkomunikasikan
tujuan pembelajaran dan mengecek kemampuan prasyarat siswa dan mengingatkan
kembali materi sebelumnya yang berkaitan dengan luas permukaan kubus.
3)
Tahap awal dari kegiatan inti ini yaitu guru
menjelaskan tahap-tahap pembelajaran model think-talk-write.
Setelah
lingkungan kelas telah dikondisikan dengan baik, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran seperti yang tertera dalam
prosedur pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika model think-talk-write. Adapun prosedur
pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika model think-talk-write, yaitu:
1)
Proses pembelajaran think-talk-write dimulai dengan memberikan pertanyaan yang dalam
hal ini berupa soal yang memuat suatu
permasalahan yang berkaitan dengan materi yang terkait dalam hal ini adalah
luas pemukaan kubus.
2)
Meminta siswa menyelesaikan soal yang telah diberikan.
Pengerjaan untuk pertama soal tersebut dilakukan secara individu. Selama
kegiatan belajar berlangsung guru berkeliling untuk mengamati kegiatan siswa.
3)
Siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban
masing-masing siswa kekelompoknya sehingga didapat satu jawaban yang tepat
menurut kelompok masing-masing.
4)
Setelah soal dikerjakan secara kelompok, guru meminta
beberapa siswa untuk mempresentasikan jawaban kelompok mereka di depan kelas.
5)
Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi hasil diskusi kelompok yang di depan kelas. Apabila ada jawaban
kelompok yang berbeda guru mempersilahkan kelompok yang lainnya untuk
mempresentasikan jawaban mereka serta memberikan penjelasan kepada yang lainnya
bahwa jawaban mereka yang lebih tepat.
6)
Guru memberikan penjelaskan kepada siswa jawaban mana
yang paling tepat dan menunjukkan cara penyelesaian yang tepat serta memberikan
waktu kepada siswa untuk mencatat hasil yang diperoleh dari diskusi antar
kelompok.
7)
Setelah proses pembelajaran think-talk-write, berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan
evaluasi. Siswa diberikan soal yang berkaitan dengan materi luas permukaan
balok. Jumlah soal keseluruhan sebanyak lima butir berbentuk uraian. Siswa
diberikan waktu 30 menit untuk menyelesaikan soal evaluasi. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan pembahasan yang menurut siswa sangat sulit.
8)
Pada kegiatan akhir guru menutup pelaksanaan
pembelajaran dengan membimbing siswa menyimpulkan langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam penyelesaian soal yang
telah dibahas bersama.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya terutama pada kelebihan-kelebihan
dalam penggunaan model pembelajaran think talk write (TTW), dapat disimpulkan
bahwa: Model Pembelajaran Think Talk Write ini merupakan suatu tindakan yang
tepat apabila strategi ini diterapkan pada proses KBM dengan tanpa mengurangi
kualitas namun diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan tujuan
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model TTW memberikan
peluang kepada peserta didik berpikir melalui bahan bacaan matematika yang selanjutnya
mengkomunikasikan hasil bacaannya dengan presentasi dan diskusi. Dimana model
pembelajaran Think Talk Write (TTW) itu sendiri diperkenalkan oleh Huinker dan
Laughin pada dasarnya melalui berfikir (think), berbicara (talk) dan menulis
(write).
B. Saran
Berdasarkan pada penjelasan diatas, diharapkan
kepada guru untuk menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think talk
write ini sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di sekolah dan
berusaha untuk menerapkannya pada masa-masa yang akan datang, baik pada
pembelajaran Matematika maupun pada mata pelajaran lainnya. Namun, sebelumnya
guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik materi yang harus
dikuasai oleh siswa serta disesuaikan perkembangan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
- Nurhayati,
Eti. 2010. Bimbingan Keterampilan dan
Kemandirian Belajar. Bandung : Batic Press
- Tim
MKPBM Universitas Pendidikan Indonesia. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia
- Suherman,
Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Malang:
IMSTEP JICA.
- Suyitno,
Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Jurusan Matematika UNNES
- DePorter,
Bobbi. 1992. Quantum Learning. Bandung
: Penerbit Kaifa.
- Suseli.
2010. Perbandingan Hasil Belajar
Matematika Siswa yang menggunakan Think Talk Write(TTW) dengan Metode
Ekspositori (Studi Eksperimen Siswa Kelas VII SMP Negeri I Balongan Indramayu).
IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
- DePorter
Bobbi. 2010. Quantum Teaching. Bandung
: Penerbit Kaifa.
- Yamin,
M. 2008. Tktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press
- Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum Matematika dan
Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional
- Marzuki,
A. 2006. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa.
Tesis pada PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
- Usman,
Moh.Uzer. 2002. Menjadi Guru profesional.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
- Depdiknas.
2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Matematika SMP. Jakarta : Balitbang Depdiknas.
- Adriani,
M. Dunia Matematika. http : //www.
Thinktalkwrite.2008.html
- Chatarina,
Reviea. 2004. Model-model Pembelajaran
Efektif. (http: //chatarinablogspot.com/Model-Model-PembelajaranEfektif.pdf)