Tuesday, March 5, 2013

Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write)


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan jaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah sampai sekarang tetap merupakan lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.
Pada kenyataannya mutu pendidikan kita saat ini masih rendah. Jika hal ini dibiarkan dan berlanjut terus maka lulusan kita sebagai generasi penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara lain. Lulusan yang dibutuhkan tidak sekedar mampu mengingat dan memahami informasi saja tetapi harus dapat menerapkan secara kontekstual melalui beragam kompetisi.
Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, peserta didik perlu memiliki pengetahuan matematika yang cukup untuk menghadapi masa depan. Namun masih banyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan sering menimbulkan berbagai masalah yang rumit untuk dipecahkan, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Padahal, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat, peran matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan menjadi sangat penting. Pola pikir matematika selalu menjadi andalan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan mengetahui masalah seperti tersebut di atas maka sebagai guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Guru hendaknya dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa berpikir dan meningkatkan pemahaman siswa akan pelajaran matematika adalah metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Model pembelajaran Think-Talk-Write merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kebebasan siswa dalam mengutarakan ide-ide mereka kepada teman-temannya karena biasanya siswa lebih terbuka sama temannya. Model pembelajaran ini sudah pernah diteliti oleh Ansari (2005) yang berjudul “Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Melalui Model pembelajaran Think-Talk-Write. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat meningkatkan pemahaman konsep, komunikasi matematika siswa dan hasil belajar siswa.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan pemahaman siswa, komunikasi matematika serta hasil belajar terhadap materi pada mata pelajaran matematika ?
2.      Apakah model pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini memiliki Kelebihan-kelebihan jika diaplikasikan dalam proses belajar mengajar?
3.      Bagaimana Sintaks (langkah-langkah) model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap mata pelajaran Matematika?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan pemahaman konsep, komunikasi matematika siswa dan hasil belajar siswa.
2.      Mengetahui Kelebihan-kelebihan dari penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW)
3.      Mengetahui Sintaks (langkah-langkah) model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terutama dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika.

D.    Manfaat Masalah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.             Bagi Siswa
Pembelajaran ini dapat menbantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan mengutarakan pendapat, membantu siswa dalam proses pemahaman materi pelajaran, menambah pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
2.             Bagi Guru
Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi mengajar untuk meningkatkan kemampuan siswa serta penguasaan matematika terhadap materi yang diberikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran Matematika
Pengertian belajar (Nurhayati, 2010 : 19) adalah suatu proses usaha aktif yang dilakukan oleh peserta didik secara sengaja, berlangsung secara berkesinambungan, bertujuan untuk memperoleh perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang positif dan relatif menetap sebagai pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan (didalam maupun diluar lembaga pendidikan), dimana individu itu berada. Sedangkan untuk pengertian pembelajaran itu sendiri merupakan upaya mengkondisikan lingkungan agar terjadi kegiatan pembelajaran.
Pengertian belajar (Fontana, 1981:147) adalah, “ proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”.  Sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. ( TIM MKPBM UPI, 2001:8).
Pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi bantuan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. (Erman Suherman, dkk, 2003: 8).
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Jadi, pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pembelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswa yang didalamnya terkandung upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa denagn siswa dalam mempelajari matematika tersebut. (Amin, 2004:2).
Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau suatu dasar hubungan timbal balik yang berlangsung di situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Langkah-langkah proses pembelajaran menurut Moh. Uzer Usman (2002: 5) meliputi:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b.      Menentukan materi pelajaran yang sesui dengan tujuan pembelajaran.
c.       Menentukan metode mengajar.
d.      Menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam penyampaian materi
e.       Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif menuntut kemampuan guru, yaitu sebagai berikut :
a.       Merancang bahan belajar (stimulus) yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar;
b.      Menggunakan berbagai strategi pembelajaran;
c.       Mengelola kelas agar tertib dan teratur;
d.      Menjadi nara sumber, fasilitator, dan motivator yang handal;
e.       Terampil memberikan pertanyaan dan balikan.
f.       Mereview pelajaran bersama siswa. (Chatarina, 2004:13)

Untuk pengertian dari Matematika itu sendiri kita ketahui bahwa itu adalah salahsatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Salah satu hal yang menjadi ciri matematika adalah objeknya yang bersifat abstrak. Pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa lepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak serta kondisi intelektual dari peserta didik di sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pembelajaran matematika yang baik, perlu memperhatikan beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:
1.       Pembelajaran matematika adalah  berjenjang (bertahap);
Yang dimaksud dengan pembelajaran matematika berjenjang yaitu bahan kajian matematika harus diajarkan secara berjenjang atau bertahap. Pembelajaran matematika dapat dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks, atau dari hal yang mudah menuju ke konsep yang sukar.

2.      Pembelajaran matematika mengikuti model spiral;
Yang dimaksud pembelajaran matematika mengikuti model spiral yaitu dalam memperkenalkan  konsep atau materi yang baru, perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru tersebut harus selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari sekaligus untuk mengingatkan siswa kembali. Pengulangan konsep dengan cara memperluas dan memperdalam pemahaman adalah hal yang perlu dalam pembelajaran matematika.

3.      Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif;
Matematika adalah ilmu deduktif (tersusun secara deduktif aksiomatis). Namun demikian. Dalam penyampaiannya guru perlu memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa yang sedang belajar.

4.      Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsisten;
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatisnya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsisten dimana tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan konsep lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar apabila didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya. Dalam pembelajaran matematika sekolah, meskipun guru menerapkan pola induktif, tetapi generalisasi konsep tetap harus bersifat deduktif. Kebenaran konsisten tersebut mempunyai nilai didik yang sangat tinggi dan amat penting untuk pembinaan sumber daya manusia dalam kehidupan sehari-hari (TIM MKPBM UPI, 2001: 64-65)

Erman Suherman (2003: 299) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika tidak sekadar untuk mencapai pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika saja, tetapi juga diharapkan muncul nurturant effect ( efek iringan) dari pembelajaran matematika. Efek iringan dari pembelajaran matematika antara lain:
a)      Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik lainnya.
b)      Lebih menyadari akan sikap penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain.
c)      Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia.
d)     Lebih mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.
e)      Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah.
f)       Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

Tujuan pembelajaran dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 346) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a)      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b)      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melaksanakan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.
c)      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan hasilnya.
d)     Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e)      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
f)       Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir agar siswa memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan matematis yang bertujuan mempersiapkan siswa menghadapi perubahan di sekelilingnya yang selalu berkembang.

B.     Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin pada dasarnya melalui berfikir, berbicara dan menulis.
Model Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok terstruktur. Model Pembelajaran Think-Talk-Write merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang membangun secara tepat untuk berfikir dan refleksikan dan untuk mengkoordinasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis.
Perancangan model kooperatif tipe think talk write dari Yamin dan Ansari pada tahun 2008 dengan mengombinasikan gambar dan berpikir kritis. Siswa dituntut keterlibatan langsung berpikir kritis dalam mengorganisasikan isi karangan secara sistematis urutan gagasannya.
Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengn bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.
Sedangkan menurut Adriani (2008), think talk write merupakan strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar.
Pembelajaran TTW dimulai dengan bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu tugas atau masalah, kemudian diikuti dengan mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui forum diskusi, dan akhirnya melalui forum diskusi tersebut siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikirannya. Aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis adalah salah satu bentuk aktivitas belajar-mengajar matematika yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Melalui aktivitas tersebut siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara tepat, terutama saat menyampaikan ide-ide matematika.

Menurut Silver dan Smith ( dalam Ansari, 2003: 40), peranan dan tugas guru dalam mengefektifkan penggunaan teknik TTW adalah:
a)      Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang setiap siswa untuk berpikir;
b)      Mendengarkan secara hati-hati ide siswa;
c)      Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan;
d)     Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi;
e)      Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan;
f)       Memonitoring dan menilai partisipasi siwa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Menurut Erman Suherman, dkk (2003:92) tugas utama guru saat siswa menyelesaikan suatu masalah yakni membantu siswa untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuan siswa dalam memahami konteks masalah bisa berkembang menggunakan keterampilan inkuiri dalam sains, menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi sosial dan lain-lain.
Pada pembelajaran dengan model think-talk-write ini, guru mengarahkan siswa untuk mencari atau menyelidiki dan membuktikan sendiri kebenaran suatu konsep matematika yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah matematika. Dalam pelaksanaannya, siswa dilatih untuk bernalar, bekerjasama, mengkomunikasikan, dan merumuskan kesimpulan sendiri dari hasil diskusi atau penyelidikannya. Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran matematika model think-talk-write adalah pemahaman siswa mengenai konsep yang dipelajarai menjadi lebih baik.

Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut :

1.      Think (Berfikir)
Menurut Kamus Inggris-Indonesia bahwa Think artinya berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berfikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. berfikir adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.
Dalam berfikir, otak seringkali mengingat informasi dengan gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan suara.
Otak adalah mesin pembuat makna yang mencari-cari kecocokan dengan pengalaman sebelumnya. Ilmuwan saraf mengatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan alami terhadap simbol, ikon dan gambar yang sederhana dan kuat. Seperti menciptakan gambar yang unik untuk menjelaskan konsep pada mata pelajarann matematika. Sehingga konsep itu berubah dari abstrak menjadi konkret dan mudah dimengerti (Porter, 2010:145).
Pembelajaran kooperatif tipe TTW memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri, karena belajar sendiri mempunyai pengaruh yang baik terhadap kemampuan dalam memahami suatu konsep sebagaimana dikemukakan oleh Hudoyo (1979 : 109) “……..jika siswa aktif melibatkan dirinya di dalam menemukan suatu prinsip dasar  siswa itu akan mengerti konsep tersebut lebih baik, mengingat lebih lama dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam konterks yang lain.
Menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:85) Aktivitas berfikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya sendiri.
Menurut Marzuki (2006 : 27) bahwa berpikir yang dilakukan manusia meliputi lima dimensi yaitu :
1)      Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.
2)      Berpikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar. Berpikir kritis merupakan proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang bersifat spontan, terjadi karena adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak bisa diprediksi.
3)      Proses berpikir, memiliki delapan kompenen utama yaitu pembentukan konsep,pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan, dan berwacana secara oral.
4)      Kemampuan berpikir utama, juga memiliki delapan komponen yang memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat, kemampuan mengorganisasikan, kemampuan menganalisis, kemampuan menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta kemampuan mengevaluasi.
5)      Berpikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan non-prosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut : kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola, kemampuan menggunakan fakta-fakta, kemampuan membuat ide-ide matematik, kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel, serta menetapkan bahwa suatu pemecahan masalah bersifat logis.
Pada tahap ini peserta didik akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS), kemudian setelah membaca peserta didik akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu). Selanjutnya peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah yang ada secara individu. Proses berpikir ada tahap ini akan terlihat ketika peserta didik membaca masalah kemudian menuliskan kembali apa yang diketahui dan tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain itu, proses berpikir akan terjadi ketika peserta didik berusaha untuk menyelasaikan masalah dalam LKS secara individu. Dan dapat diperkirakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2.      Talk (Berbicara)
Menurut Kamus Inggris-Indonesia bahwa Talk artinya berbicara. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bicara artinya pertimbangan, pikiran, pendapat.
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1) connect the language they know from their own personal experiences and backgrounds with the language of mathematics, (2) analyzes and synthesizes mathematical ideas, (3) fosters collaboration and helps to build a learning community in the classroom. Artinya, peserta didik yang diberikan kesempatan untuk berdiskusi dapat: (1) megkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa matematika, (2) menganalisis dan mensintesis ide-ide matematika, (3) memelihara kolaborasi dan membantu membangun komunitas pembelajaran di kelas.
Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga meyebutkan bahwa Talking encourages the exploration of words and the testing of ideas. Talking promotes understanding. When students are given numerous opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way into students’ writing, and the writing further contributes to the construction of meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun dalam tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik dapat mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan untuk dipelajari.
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86) mengutarakan talk penting dalam matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika, pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, meningkatkan dan menilai kualitas berpikir karena talking dapat membantu mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam belajar matematika.
Diskusi pada fase talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam hal materi, baik itu diminta maupun tidak diminta. Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa memotivasi siswa yang dalam kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif. Guru harus memberikan semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan diskusi yang sedang berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat memahami sendiri. 
Dengan kata lain bahwa Talk (berbicara) adalah berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang dapat dipahami. Talk ini dapat digunakan dalam segala macam situasi belajar, namun ini bukan merupakan satu-saunya alat. Pada tahap ini memungkinkan peserta didik untuk pandai dan terampil berbicara.  Peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi matematika dengan anggota kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah yang telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think.

3.      Write (Menulis)
Menurut Kamus Inggris-Indonesia bahwa Write artinya menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis adalah membuat huruf, angka dan sebagainya dengan pena, pensil, kapur dan lain-lain.
Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88).
Masingila dan Wisniowska (1996: 95) (Mohammad. Blogspot.com) mengatakan bahwa manfaat tulisan siswa untuk guru adalah sebagai berikut :
a.       koneksi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas,
b.      informasi tentang kesalahan-kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari para siswa,
c.       variansi konsep siswa dari ide yang sama, dan
d.      bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi siswa.
Menurut Martinis Yamin (2008: 87-88) aktivitas siswa selama fase write adalah menulis solusi terhadap masalah yang diberikan, termasuk melakukan perhitungan.
a)      Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel, agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti.
b)      Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang salah atau kurang lengkap.
c)      Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi matematika secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda dengan apa yang peserta didik tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal ini terjadi karena setelah peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan.

Sehingga model think-talk-write merupakan perencanaan dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu melalui kegiatan berfikir (think), berbicara/berdiskusi, bertukar pendapat (talk) dan menulis hasil diskusi (write) agar kompetensi yang diharapkan tercapai
.


C.    Kelebihan dari Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Menurut Suseli (2010:39), kelebihan dari penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu sebagai berikut :
a.       Mendidik siswa lebih mandiri
b.      Membentuk kerjasama tim
c.       Melatih berfikir, berbicara dan membuat catatan sendiri
d.      Lebih memberikan pengalaman pribadi
e.       Melatih siswa berani tampil
f.       Bertukar informasi antar kelompok/siswa
g.      Guru hanya sebagai pengarah dam pembimbing
h.      Siswa menjadi lebih aktif

Berdasarkan kelebihan-kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran think talk write (TTW) diatas, merupakan suatu tindakan yang tepat apabila strategi ini diterapkan pada proses KBM dengan tanpa mengurangi kualitas namun diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan tujuan pembelajaran.

D.    Sintaks (Langkah-langkah) dalam Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memiliki langkah-langkah (sintaks) dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
A.    Pendahuluan
1)      Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2)      Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta tugas-tugas dan aktivitas siswa.
3)      Melakukan apersepsi.
4)      Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
5)      Membagi siswa dalam kelompok kecil (2 - 6 siswa).

B.     Kegiatan inti
1)      Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
2)      Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
3)      Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin (1996:82) yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when students working in heterogeneous group to six students, are asked to explain, summarize, or reflect. Artinya, metode TTW akan efektif ketika peserta didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2 sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau merefleksi.
4)      Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
5)       Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
6)      Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

C.     Kegiatan Penutup.
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

A.    Aplikasi Pembelajaran Matematika

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan memerlukan persiapan, berikut ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
1)      Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru telah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal diskusi kelompok.
2)      Selanjutnya, merupakan pendahuluan dimana guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri 2-6 orang, mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan mengecek kemampuan prasyarat siswa dan mengingatkan kembali materi sebelumnya yang berkaitan dengan luas permukaan kubus.
3)      Tahap awal dari kegiatan inti ini yaitu guru menjelaskan tahap-tahap pembelajaran model think-talk-write.

       Setelah lingkungan kelas telah dikondisikan dengan baik, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang  tertera dalam prosedur pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika model think-talk-write. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika model think-talk-write, yaitu:
1)      Proses pembelajaran think-talk-write­ dimulai dengan memberikan pertanyaan yang dalam hal ini  berupa soal yang memuat suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi yang terkait dalam hal ini adalah luas pemukaan kubus.
2)      Meminta siswa menyelesaikan soal yang telah diberikan. Pengerjaan untuk pertama soal tersebut dilakukan secara individu. Selama kegiatan belajar berlangsung guru berkeliling untuk mengamati kegiatan siswa.
3)      Siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban masing-masing siswa kekelompoknya sehingga didapat satu jawaban yang tepat menurut kelompok masing-masing.
4)      Setelah soal dikerjakan secara kelompok, guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan jawaban kelompok mereka di depan kelas. 
5)      Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang di depan kelas. Apabila ada jawaban kelompok yang berbeda guru mempersilahkan kelompok yang lainnya untuk mempresentasikan jawaban mereka serta memberikan penjelasan kepada yang lainnya bahwa jawaban mereka yang lebih tepat.
6)      Guru memberikan penjelaskan kepada siswa jawaban mana yang paling tepat dan menunjukkan cara penyelesaian yang tepat serta memberikan waktu kepada siswa untuk mencatat hasil yang diperoleh dari diskusi antar kelompok.
7)      Setelah proses pembelajaran think-talk-write, berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan evaluasi. Siswa diberikan soal yang berkaitan dengan materi luas permukaan balok. Jumlah soal keseluruhan sebanyak lima butir berbentuk uraian. Siswa diberikan waktu 30 menit untuk menyelesaikan soal evaluasi. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pembahasan yang menurut siswa sangat sulit.
8)      Pada kegiatan akhir guru menutup pelaksanaan pembelajaran dengan membimbing siswa menyimpulkan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam penyelesaian  soal yang telah dibahas bersama.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya terutama pada kelebihan-kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran think talk write (TTW), dapat disimpulkan bahwa: Model Pembelajaran Think Talk Write ini merupakan suatu tindakan yang tepat apabila strategi ini diterapkan pada proses KBM dengan tanpa mengurangi kualitas namun diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan tujuan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model TTW memberikan peluang kepada peserta didik berpikir melalui bahan bacaan matematika yang selanjutnya mengkomunikasikan hasil bacaannya dengan presentasi dan diskusi. Dimana model pembelajaran Think Talk Write (TTW) itu sendiri diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin pada dasarnya melalui berfikir (think), berbicara (talk) dan menulis (write).

B.     Saran
Berdasarkan pada penjelasan diatas, diharapkan kepada guru untuk menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write ini sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di sekolah dan berusaha untuk menerapkannya pada masa-masa yang akan datang, baik pada pembelajaran Matematika maupun pada mata pelajaran lainnya. Namun, sebelumnya guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik materi yang harus dikuasai oleh siswa serta disesuaikan perkembangan siswa.

DAFTAR PUSTAKA
  •   Nurhayati, Eti. 2010. Bimbingan Keterampilan dan Kemandirian Belajar. Bandung : Batic Press
  •  Tim MKPBM Universitas Pendidikan Indonesia. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia 
  •  Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Malang: IMSTEP JICA. 
  • Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika UNNES 
  •  DePorter, Bobbi. 1992. Quantum Learning. Bandung : Penerbit Kaifa. 
  •  Suseli. 2010. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa yang menggunakan Think Talk Write(TTW) dengan Metode Ekspositori (Studi Eksperimen Siswa Kelas VII SMP Negeri I Balongan Indramayu). IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
  •  DePorter Bobbi. 2010. Quantum Teaching. Bandung : Penerbit Kaifa. 
  • Yamin, M. 2008. Tktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press
  •  Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional
  •  Marzuki, A. 2006. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Tesis pada PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan. 
  •  Usman, Moh.Uzer. 2002. Menjadi Guru profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 
  •  Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMP. Jakarta : Balitbang Depdiknas.
  •  Adriani, M. Dunia Matematika. http : //www. Thinktalkwrite.2008.html 
  •  Chatarina, Reviea. 2004. Model-model Pembelajaran Efektif. (http: //chatarinablogspot.com/Model-Model-PembelajaranEfektif.pdf)

3 comments:

  1. thanks ya.... saya terbantu denga posting anda ! tampilan blognya juga keren...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih. Alhamdulillah jika memang bermanfaat :)

      Delete
  2. bu, ada ga perbedaan model TTW dengan model yg diterapkan di kurikulum 2013 (5M) ? mohon masukannya bu.Trims

    ReplyDelete